LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
“
IDENTIFIKASI
DARI
SAMPEL “

Dosen
Pengampu :
Akhmad
Al-Bari, M.Si
Disusun
oleh :
Nama
: Narita Wahyuningtyas
NIM : 1120170063

Prodi
: Farmasi
Fakultas
Ilmu Kesehatan
Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Bojonegoro
2018/2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Besi memiliki peran penting dalam tubuh, salah satunya sebagai
komponen penyusun hemoglobin serta sebagai pengikat oksigen dalam darah. Besi
dapat diperoleh dari makanan ataupun suplemen makanan. Tonikum Bayer memiliki
komposisi yang terdiri dari vitamin B, vitamin C, mangan, kalsium, dan besi.
Mengingat pentingnya zat besi bagi tubuh, perlu diketahui cara pemisahan yang
ada dalam suatu produk yang beredar di pasaran (Al-Bari, 2018).
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
memisahkan Fe dari Tonikum Bayer dengan menggunakan metode kromatografi kertas?
2.
Bagaimana
mengidentifikasi Fe berdasarkan nilai Rf dan reagen spesifik?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa
dapat memisahkan Fe dari Tonikum Bayer dengan menggunakan metode kromatografi
kertas.
2.
Mahasiswa
dapat mengidentifikasi Fe berdasarkan nilai Rf dan reagen spesifik.
BAB
II
DASAR TEORI
2.1
Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas merupakan contoh kromatografi partisi dalam
bentuk planar yang sudah sangat konvensional. Teknik ini umumnya digunakan
untuk menjelaskan teknik kromatografi secara mudah, karena sistem
kromatografinya sangat sederhana. Hanya butuh sepotong kertas, tinta warna dan
pelarut dalam suatu bejana saja. Teknik kromatografi ini prinsip kerjanya sama
seperti kromatografi kolom partisi hanya saja konfigurasinya bukan kolom tetapi
datar/planar. Prinsip kerja kromatografi kertas, senyawa yang terlarut dalam
fasa gerak akan melewati mfasa diam cair (pelarut lain) yang terletak pada suatu
padatan pendukung. Peristiwa ini mirip dengan ekstaksi cair-cair tetapi dalam
konfigurasi datar bukan kolom atau tabung sehingga terjadi tendensi distribusi
senyawa pada fasa gerak terhadap fasa diam. Gerakan atau aliran senyawa terjadi
karena efek kapilaritas padatan pendukungnya. Sepanjang padatan interaksi pun
terjadi (Dwiarso, 2017).
2.2 Mekanisme
Pemisahan
Menurut
Dwiarso (2017), mekanisme pemisahan yang terjadi dalam kromatografi kertas
adalah :
·
Peristiwa
kapilaritas : pergerakan caira di antara
ruang dalam material berpori oleh adanya gaya adesi, kohesi, dan tegangan
permukaan. Dalam kromatografi kertas, cairan dapat naik ke atas karena gaya
kapilaritas lebih besar daripada gaya gravitasi yang menahannya.
·
Solubilitas
: suatu derajat/ukuran dimana suatu zat (solut) dapat terlarut dalam pelarut
(solven). Solut dapat terlarut dalam solven karena kesamaan sifat (like
dissolves lie). Hal ini memungkinkan solut akan dapat terpisah menggunakan
kombinasi soven.
2.3 Analisis
Kation
Kation golongan 3 (Al3+,
Cr3+, Fe2+, Mn2+) membentuk sulfida yang lebih
larut dibandingkan kationgolongan 2. Karena itu untuk mengendapkan kation
golongan 3 sebagaigaram sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi
menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.Hal ini dapat dilakukan
dengan penambahan amonium hidroksida danamonium klorida.Kemudian dijenuhkan
dengan H2S. Dalam kondisi inikesetimbangan:
H2S → 2H+ + S2-
akan bergeser ke kanan.
Dengan demikian konsentrasi S2-akan meningkan dan cukup untuk
mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
Penambahan amonium
hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah kemungkinan mengendapnya Mg
menjadi Mg(OH)2. Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan
mengendapnya kation Al3+, Cr3+ dan Fe2+,
sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3(coklat), Al(OH)3(putih)
dan Cr(OH)3 (putih). Ion sulfida dapat bereaksi dengan Mn2+ dan
Fe2+ akan bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS
(hitam) dan MnS(coklat) (Anonim, 2014).
2.4 Pemisahan Sub
Golongan Alumunium dan Nikel
Hidroksida aluminium dan
kromium bersifat amfoter sehingga larut dengan NaOH.Sebaliknya hidroksida besi
dan mangan bersifat amfoter sehingga kation tersebut tidak larut dengan
NaOH.Hal ini yang mendasari pemisahan kedua subgolongan dalam kation golongan
III. Aqua regia juga akan mengoksidasi Fe2+menjadi Fe3+.
Jika NaOH ditambahkan
maka hidroksida ke empat kation tersebut akan terbentuk, tetapi aluminium dan
kromium yang bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks Al(OH)4-,
Cr(OH) 4- , Zn(OH) 4- ,
sedangkan kation yang lain tidak larut. Mn(OH)2 akan
teroksidasi oleh udara menjadi MnO2 yang berwarna hitam.
Penambahan hidrogen peroksida mempercepat oksidasi kedua zat tersebut, juga
mengoksidasi Cr(OH)4- menjadi CrO42-.
Hidroksida besi cepat
larut dalam asam sulfat menjadi Fe2+, tetapi MnO2lambat
larut. Hidrogen peroksida ditambahkan untuk mempercepat kelarutan endapan ini
dengan caramereduksinya menjadi MnO (Anonim, 2014).
2.5 Besi (Fe)
Besi
memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih keperakan, liat dan
dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII,
dengan berat atom 55,85g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cm-3 dan
umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah
logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas,
untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian
kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur
besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam,
terutama karbon). Logam besi disamping karena kelimpahannya yang cukup banyak
dialam, adalah merupakan salah satu logam yang paling reaktif dan paling vital
bagi mahluk hidup. Dalam system peredaran darah, dengan kadar tertentu besi
berada dalam sel darah merah (Erythrocyte) dan bertugas untuk mengikat Oksigen
( O2 ) yang sangat penting bagi proses pembakaran yang terjadi dalam sel-sel
tubuh (Rahma, 2014).
2.6 Sifat-Sifat
Logam Besi
Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan
mudah terkorosi, khususnya di udara yang lembab atau ketika terdapat
peningkatan suhu. Memiliki 4 bentuk allotroik ferit, yakni alfa, beta, gamma
dan omega dengan suhu transisi 700, 928, dan 1530oC. Bentuk alfa bersifat
magnetik, tapi ketika berubah menjadi beta, sifat magnetnya menghilang meski
pola geometris molekul tidak berubah. Hubungan antara bentuk-bentuk ini sangat
aneh. Besi pig adalah alloy dengan 3% karbon dan sedikit tambahan sulfur,
silikon, mangan dan fosfor.
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan
banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah
besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses
ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi. Korosi besi memerlukan oksigen dan air (Rahma, 2014).
2.7 Identifikasi Besi
Menurut Anonim (2014), identifikasi besi dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya:
a. Kaliumheksasianoferat(II), K4Fe(CN)6
Membentuk endapan
biru Prussian
4Fe3+ + 3Fe(CN)64- → Fe4[Fe(CN)6]3
b. Kalium tiosianat, KSCN
Larutan berwarna merah
Fe3+ + SCN- →
Fe(SCN)63-
c.
Dengan larutan NaOH terbentuk endapan putih bila tidak terdapat udara
sama sekali. Bila terkena udar akan teroksidasi menjadi besi (III) hidroksida
yang berupa endapan coklat kemerahan.
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2↓
4Fe(OH)2↓ + 2H2O + O2→
4Fe(OH)3↓
4Fe(OH)3↓ + H2O2 →
2Fe(OH)3↓
d.
Dengan larutan amonia (NH3) terjadi pengendapan besi (II) hidroksida.
Fe2+ + 2OH- → Fe(OH)2↓
e.
Dengan hidrogen sulfida (H2S) tidak terjadi pengendapan dalam larutan
asam.
f.
Dengan larutan amonium sulfida ((NH4)2S) terbentuk endapan hitam
besi (II) sulfida yang larut dengan mudah dalam larutan asam.
Fe2++ S2- → FeS↓
FeS↓+ 2H+ → Fe2+ +H2S ↑
FeS↓+ 9O2 → 2Fe2O(SO4)2↑
g.
Dengan larutan KCN terbentuk endapan coklat kekuningan yang larut
dalam reagensia berlebihan.
Fe2++
2CN- → Fe(CN)2↓
Fe(CN)2↓+4CN-
→ Fe(CN)64-
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 10 November 2018 pukul 09.40-11.20 WIB di Laboratorium Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
3.2 Alat dan
Bahan
·
Alat
yang digunakan pada praktikum Identifikasi
dari
Sampel adalah :

-
Batang
pengaduk 1
buah
-
Beaker
glass 100 ml 1
buah
-
Beaker
glass 500 ml 1
buah
-
Botol
spray reagen 1
buah
-
Gelas
ukur 25 ml 1
buah
-
Kawat
kasa dan kaki tiga 1
set
-
Kertas
saring 1
lembar (ukuran 9x10 cm)
-
Mortar
dan alu 1
set
-
Pembakar
spirtus 1
buah
-
Penggaris
dan pensil 1
buah
·
Bahan
yang digunakan pada praktikum Identifikasi
dari
Sampel adalah :

-
Akuades 10
ml
-
Aseton
25
ml
-
HCL
2M 7 ml
-
Reagen
NaOH 10
ml
-
Tonikum
Bayer 10
ml
-
Spirtus secukupnya
3.3 Langkah
Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada
praktikum Identifikasi
dari
Sampel adalah :

1.
Pembuatan Larutan Sampel
a.
Mengambil
10 ml larutan Tonikum Bayer dan memasukkan ke dalam beaker glass 100 ml.
b.
Menguapkan
larutan hingga jenuh di atas permukaan spirtus.
2.
Pembuatan Pelarut Aseton-HCl
a.
Memasukkan
25 ml aseton ke dalam beaker glass 500 ml.
b.
Menambahkan
7 ml HCL 2M.
c.
Mengaduk
campuran hingga homogen.
d.
Menutup
beaker glass dengan plastik untuk mencegah penguapan.
3.
Pemisahan dengan Kromatografi Kertas
a.
Membuat
kertas saring dengan ukuran 9x10 cm.
b.
Membuat
garis awal sampai akhir sepanjang 6 cm, seperti pada gambar berikut:
10 cm






9 cm
6 cm
![]() |

c.
Membuat
2 titik di bagian garis awal dengan jarak tertentu.
d.
Menotolkan
sampel dan larutan standar
ke titik yang berbeda dengan menggunakan pipa
kapiler.

e.
Membentuk
kertas saring melingkar dengan menyatukan ujungnya dengan staples.
f.
Meletakkan
kertas saring secara tegak di dalam beaker glass 500 ml yang berisi pelarut
aseton-HCl.
g.
Menunggu
hingga eluen mencapai garis akhir.
h.
Mengangkat
dan mengeringkan kertas saring.
i.
Menemprotkan
reagen NaOH ke kertas saring.
j.
Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
4.
Penetapan Nilai Rf
a.
Mengukur
jarak antara pusat rapatan sampel ke garis awal (jarak sampel).
b.
Mengukur
jarak antara pusat rapatan larutan standar ke garis awal (jarak larutan
standar).
c.
Menghitung
nilai Rf
Rf = 

BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil
Pengamatan
4.1.1 Gambar Hasil Pengamatan

Gambar 1.
Proses Pemisahan
Sumber : Dokumentasi sendiri

Gambar 2. Hasil
Akhir
Sumber :
Dokumentasi sendiri
4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Komponen
|
Jarak Komponen (d)
|
Jarak Eluen (s)
|
Rf = d/s
|
1.
|
Aseton-HCl
|
0 cm
|
6 cm
|
0 (tak hingga)
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini menggunakan metode kromatografi kertas
dengan sampel Tonikum Bayer. Pada pembuatan larutan sampel diambil 10 mL
larutan Tonikum Bayer ke dalam beaker glass kemudian diuapkan di atas bunsen.
Selanjutnya yaitu membuat pelarut Aseton-HCl dengan cara mencampur 25 mL aseton
dan 7 mL HCl ke dalam beaker glass lalu diaduk hingga homogen setelah itu
beaker glass ditutup dengan pastik untuk mencegah penguapan. Selanjutnya
melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas dengan pengukuran kertas saring
seperti yang dijelaskan pada langkah kerja di atas. Kertas saring dibentuk
melingkar dengan menyatukan ujungnya dengan staples agar bisa berdiri tegak
ketika diletakkan di dalam beaker glass. Selanjutnya menunggu hingga eluen
mencapai garis akhir dan mengamati perubahan warna yang terjadi pada eluen.
Lalu langkah terakhir yaitu menentukan nilai Rf.
Pada hasil percobaan kali ini, diperoleh hasil yaitu tidak ada
pergerakan eluen untuk mencapai garis batas akhir dan tidak terjadinya
perubahan warna pada eluen. Sehingga diperoleh nilai Rf = 0 (tak hingga). Hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu (1) kesalahan
praktikan pada saat mencampur larutan pada pembuatan pelarut Aseton-HCl
sehingga ketika mengaduk tidak homogen ; (2) bahan yang digunakan sudah lama
(kadaluwarsa) ; (3) kurang bersihnya alat praktikum yang digunakan ; dan (4)
kurang telitinya praktikan pada saat menambahkan larutan sehingga tidak sesuai
dengan jumlah konsentrasi larutan yang diharuskan.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari pembahasan di atas yaitu :
1.
Cara
memisahkan Fe dari Tonikum Bayer menggunakan metode kromatografi kertas yaitu
dengan cara yang pertama membuat larutan sampel, lalu yang kedua membuat
pelarut Aseton-HCl, selanjutnya melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas.
Kertas saring yang sudah ditotolkan sampel dan larutan standar FeCl3 dimasukkan
ke dalam beaker glass yang berisi pelarut Aseton-HCl kemudian beaker glass
ditutup dengan plastik untuk mencegah penguapan. Selanjutnya ditunggu hingga
eluen mencapai garis akhir.
2.
Identifikasi
Fe berdasarkan nilai Rf dan reagen spesifik dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai Rf dengan larutan standar maupun dengan penyemprotan dengan
reagen tertentu sehingga diperoleh perubahan yang spesifik.
5.2 Saran
Pada saat praktikum sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam
melakukan percobaan. Harus memperhatikan dengan teliti jumlah konsentrasi
larutan yang harus ditambahkan dan juga kebersihan alat-alat yang akan
digunakan. Agar percobaan tidak gagal dan mendapatkan hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bari, Akhmad. 2018. Petunjuk
Praktikum Kimia Analisis. Jurusan Farmasi : Bojonegoro.
Anonim. 2014. Laporan
Analisis Kation Golongan III. Diakses pada tanggal 28 November 2018.https://kopikimia.blogspot.com/2014/03/laporan-analisis-kation-golonganiii.html
Harjadi, W.
1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia : Jakarta
Rahayu, Rani Septiani. 2016.
Laporan Kimia Analitik : Analisis Kation. Diakses pada tanggal 28
November 2018. https://examplecom397.wordpress.com/2016/02/11/laporan-praktikum-kimia-analitik-analisis-kation/
Rubiynanto, Dwiarso. 2017. Metode
Kromatografi. Deepublish : Sleman.
Wati, Rahma. 2014. Logam
Besi (Fe). Diakses pada tanggal 28 November 2018. http://rahmakesling.blogspot.com/2014/03/logam-besi-fe.html
PERTANYAAN
1. Selain mengunakan larutan NaOH, dapatkah kita menggunakan reagen
lainnya dalam proses identifikasi?
Jawaban : selain
menggunakan reagen NaOH kita dapat menggunakan reagen lain dalam identifikasi,
antara lain K4Fe(CN)6 ; Fe4[Fe(CN)6]3
; KSCN ; NH3 ; H2S
; (NH4)2S ; dan KCN.
2. Jika di dalam sampel mengandung mangan, kalsium dan besi. Bagaimana
cara kita mengidentifikasi bahwa di dalam sampel benar-benar mengandung besi?
Jawaban : cara
mengidentifikasi dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar