Selasa, 22 Januari 2019

Laporan Asidi Alkalimetri

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam. Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin (Haryadit, 2011).
Pada percobaan ini akan dilakukan metode titrasi asidi-alkalimetri untuk menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa. Melalui percobaan ini, diharapkan praktikan mampu memahami dan mengerti cara penentuan kadar konsentrasi suatu larutan dengan tepat serta perhitungan yang didasarkan dengan prinsip stokiometri dari reaksi kimia di mata kuliah kimia analisis ini.

1.2  Rumsan Masalah
Bagaimana menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel?

1.3  Tujuan Penulisan
Mengetahui bagaimana cara menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel.


BAB II
DASAR TEORI

2.1 Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Afnan, 2015).

2.2 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
    Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+] = [OH-]
    Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut (Pramono,2012).


2.3 Asidi-Alkalimetri
Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :
aA + tT       -->      hasil
dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi T. Pereaksi T disebut titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen dengan A telah ditambahkan.  Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran telah tercapai.Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna.Perubahan warna inidapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
    Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk penentuan titrimetrik salah satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini memiliki nama lain sebagai asidi-alakalimetri. Terdapat banyak asam dan basa yang ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah :
HA + OH--->A- + H2O
                                                                  dan
BOH + H3O+-->B+  + 2H2O
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Underwood dan Day, 2002).
    Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).
    Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa.
    Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen (Widyastuti, 2015).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Asam Basa
            2.4.1 Indikator Titrasi
            Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atu membentuk fluorosen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik.Perubahan warna disebabkan oleh resonansi ismer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi ynag berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar, 1985).
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang.Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna.Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda. Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat (Clark, 2007).

            2.4.2 Titik Ekivalen/Titik Akhir Teoritis
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).
            2.4.3 Titik Akhir Titrasi
Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan (Widyastuti, 2015).

2.5 NaOH
Kaustik dan memiliki sifat korosif dan higroskopik ( suka menyerap air ). Dalam kehidupan kita sehari-hari,senyawa ini biasa kita sebut dengan nama "soda api" atau "kaustik soda",namun untuk nama resmi atau nama perdagangnganya senyawa ini biasa disebut dengan nama "Sodium Hidroksida". Tingkat kelarutan senyawa natrium hidroksida di dalam air cukup tinggi. Pada suhu 0 C, kelarutan natrium hidroksida berada pada kisaran 418 g/L. Pada suhu  20 C, kelarutan natrium hidroksida berada pada kisaran 1150 g/L.Jika dilihat dari data diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa senyawa ini memiliki tingkat kelarutan yang sangat tinggi. Natrium Hidroksida memiliki wujud padat pada suhu kamar, bentuknya bisa seperti kristal atau bubuk tergantung pada tujuan atau kegunaan analisisnya. Senyawa ini bewarna putih metalik dan tidak berbau. Tingkat kelarutanya di dalam air juga cukup tinggi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Ketika senyawa ini dilarutkan ke dalam air, maka suhu air akan naik dan suhu disekitarnya akan terasa panas, hal ini terjadi karena pelarutan senyawa ini bersifat eksotermik sehingga sejumlah kalor akan dilepaskan. Senyawa ini dapat bereaksi dengan asam kuat dan asam lemah untuk membentuk garam (Anonim, 2016).

2.6 Asam Oksalat
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting point 101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air, bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai suhu 100°C (Yuni, 2017).

2.7 HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+.
HCl + H2O → H3O+ + Cl
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air (Saragusti, 2012).

2.8 Asam Asetat
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4. Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia. Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat (Rizki, 2016).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Desember 2018 pukul 09.40-11.20 WIB di Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.

3.2 Alat dan Bahan
·         Alat yang digunakan pada praktikum Asidi-alkalimetri adalah :
-          Labu ukur 100 ml                                                  1 buah
-          Labu ukur 500 ml                                                  1 buah
-          Pipet volume 10 ml                                               1 buah
-          Kaca arloji                                                             1 buah
-          Gelas kimia                                                           1 buah
-          Buret                                                                     1 buah
-          Corong                                                                  1 buah
-          Erlenmeyer                                                            1 buah
·         Bahan yang digunakan pada praktikum Asidi-alkalimetri adalah :
-          Larutan baku primer (H2CO4.2H2O 0,1 N)           secukupnya
-          Larutan baku sekunder (NaOH 0,1 N)                 secukupnya
-          Larutan baku sampel (HCl)                                   secukupnya
-          Larutan indikator pp                                             secukupnya

3.3 Langkah Kerja
            Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum Asidi-alkalimetri adalah :
1.      Pembuatan Larutan
a.      Pembuatan larutan baku primer H2CO4.2H2O 0,1 N
Menimbang dengan teliti 3,2 gram H2CO4.2H2O yang dibutuhkan. Melarutkan dengan akuades, kemudian memasukkan dalam labu ukur 500 ml. Menambahkan akuades sampai tepat tanda batas, menutup labu ukur dan mengocok sampai homogen.

b.      Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N
Menimbang kurang lebih 4,15 gram NaOH. Melarutkan dengan akuades, kemudian memasukkan dalam labu ukur 100 ml. Menambahkan akuades sampai tepat tanda batas, menutup labu ukur dan mengocok sampai homogen.

2.      Pembakuan
Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O
1)      Memasukkan larutan NaOH ke dalam buret, sebelunya membilas buret dengan larutan NaOH tersebut.
2)      Mengambil 10 ml asam pksalat dengan volume pipet dan memasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian menambahkan 1-2 tetes phenolphthalein.
3)      Menitrasi larutan asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Mencatat volume NaOH yang dikeluarkan.
4)      Melakukan titrasi minimal duplo (dua kali).
5)      Menghitung konsentrasi larutan NaOH.

3.      Penetapan Sampel
a.      Penetapan kadar HCL
1)      Mengambil 10 ml sampel (HCl) dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.
2)      Menambahkan 2-3 tetes indikator phenolphthalein.
3)      Menitrasi larutan tersebut dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi rose muda dan mencatat volume NaOH yang dikeluarkan.
4)      Melakukan titrasi minimal duplo.
5)      Menghitung kadar HCl sampel.
b.      Penetapan kadar asam cuka
1)      Mengambil 10 ml sampel asam cuka dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.
2)      Mengencerkan hingga 100ml.
3)      Mengambil 10 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan dalam erlenmeyer.
4)      Menambahkan 2-3 tetes indikator phenolphthalein.
5)      Menitrasi larutan tersebut dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi rose muda dan mencatat volume NaOH yang dikeluarkan.
6)      Melakukan titrasi minimal duplo.
7)      Menghitung kadar asam cuka dalam sampel.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Data dan Analisa Data
      4.1.1 Pembakuan Larutan NaOH
No.
Volume titrat (ml)
Range volume titran (ml)
Volum titran (ml)
Volume rata-rata (ml)
Awal
Akhir
1.
10 ml
1,5 ml
2,9 ml
1,4 ml
1,3 ml
2.
10 ml
2,9 ml
4,1 ml
1,2 ml

            4.1.2 Penetapan Kadar HCl
No.
Volume titrat (ml)
Range volume titran (ml)
Volum titran (ml)
Volume rata-rata (ml)
Awal
Akhir
1.
10 ml
0 ml
0,7 ml
0,7 ml
0,75 ml
2.
10 ml
0,7 ml
1,5 ml
0,8 ml

4.1.3 Penetapan Kadar Asam Cuka
No.
Volume titrat (ml)
Range volume titran (ml)
Volum titran (ml)
Volume rata-rata (ml)
Awal
Akhir
1.
10 ml
4,3 ml
4,4 ml
0,1 ml
0,3 ml
2.
10 ml
4,5 ml
4,9 ml
0,4 ml

4.2  Pembahasan
Pada pembakuan larutan NaOH dengan 10 mL larutan H2C2O4.2H2O dilakukan titrasi duplo (dua kali). Titrasi yang pertama dilakukan pada awal volume larutan 1,5 mL dan pada volume 2,9 mL sudah berubah warna merah muda / keunguan. Jadi pada titrasi pertama hanya diperlukan 1,4 mL larutan NaOH untuk merubah warna larutan menjadi merah muda/keunguan. Pada titrasi yang kedua dilakukan pada awal volume larutan 2,9 mL dan pada volume 4,1 sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi pada titrasi yang kedua hanya membutuhkan 1,2 mL larutan NaOH untuk merubah warna yang awalnya bening menjadi merah muda/keunguan. Sehingga dari hasil titrasi duplo NaOH dengan H2C2O4.2H2O   diperoleh volume rata-rata yaitu 1,3 mL.
Pada penetapan kadar 10 mL larutan HCl yang dititrasi dengan larutan NaOH dilakukan titrasi duplo (dua kali). Titrasi yang pertama dilakukan pada awal volume 0 mL dan pada volume 0,7 mL sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi pada titrasi pertama hanya butuh 0,7 mL larutan NaOH untuk merubah warna menjadi merah muda/keunguan. Pada titrasi yang kedua dilakukan pada awal volume larutan 0,7 mL dan pada volume 1,5 mL sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi pada titrasi kedua hanya dibutuhkan 0,8 mL larutan NaOH untuk merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda/keunguan. Sehingga dari hasil titrasi duplo NaOH dengan HCl diperoleh  volume rata-rata yaitu 0,75 mL.
Pada penetapan kadar 10 mL asam cuka yang dititrasi dengan larutan NaOH dilakukan titrasi duplo (dua kali). Pada titrasi ini juga dilakukan pengenceran 100 mL. Titrasi yang pertama dilakukan pada awal volume 4,3 mL dan pada volume 4,4 mL sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi pada titrasi pertama hanya butuh 0,1 mL larutan NaOH untuk merubah warna menjadi merah muda/keunguan. Pada titrasi yang kedua dilakukan pada awal volume larutan 4,5 mL dan pada volume 4,9 mL sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi pada titrasi kedua hanya dibutuhkan 0,4 mL larutan NaOH untuk merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda/keunguan. Sehingga dari hasil titrasi duplo NaOH dengan asam cuka diperoleh  volume rata-rata yaitu 0,3 mL.
Dari ketiga percobaan titrasi di atas dengan menggunakan sampel yang berbeda, larutan Asam Cuka sangat mudah dititrasi karena Asam Cuka merupakan asam lemah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata volume 0,3 mL larutan NaOH yang dibutuhkan untuk merubah warna menjadi merah muda/keunguan.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Cara menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yaitu dengan cara titrasi asam basa atau asidi-alkalimetri. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini sudah tertib, sehingga hasil yang didapat juga sudah baik. Akan tetapi sebaiknya lebih teliti atau konsentrasi ketika melakukan titrasi. Khususnya pada saat meneteskan larutan sedikit demi sedikit.


DAFTAR PUSTAKA

Afnan, Muhammad. 2015. Laporan Praktikum Asidi-Alkalimetri. Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. http://mafnanm022.blogspot.com/2015/06/laporan-praktikum-asidi-alkalimetri.html

Anonim. 2016. Natrium Hidroksida ( NaOH ) : Pengertian, Fakta dan Kegunaanya. Diakses pada tanggal 09 Desember 2018. http://www.panduankimia.net/2016/12/natrium-hidroksida-naoh-pengertian.html

Clark, Jim. 2007. IndikatorAsam-Basa. Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. http://www.chem-istry.org/materi kimia/ kimia fisika1/ kesetimbanaganasam-basa/ indikatorasambasa/
Haryadit. 2012. Laporan Asidi-Alkalimetri. Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. http://noxarya.blogspot.com/2012 /04/ laporan-lengkap-asidi-alkalimetri.html
Khopkar, S.M. 1985. KonsepDasar Kimia Analitik. Depok : UI Press.
Pramono. 2012. Penentuan Komposisi Magnesium Hidroksida dan Aluminium Hidroksida dalam Obat Maag. Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. . http://pramono.staff.mipa.uns.ac.id

Rizki. 2016. Rumus Kimia Asam Asetat. Diakses pada tanggal 09 Desember 2018. https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/2325/Rumus-Kimia-Asam-Asetat

Saragusti. 2012. Larutan Asam Klorida (HCl) Dalam Pembahasan Kimia. Diakses pada tanggal 09 Desember 2018. https://saragusti22.wordpress.com/2012/12/09/larutan-asam-klorida-hcl-dalam-pembahasan-kimia/

Underwood,A.L.dan R. A. Day Jr.2002 .Analisa Kimia Kuantiataif. Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Widyastuti, Shinta. 2015. Laporan Asidi-Alkalimetri. Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. http://wiwidhikaru.blogspot.com/2015/02/laporan-oh-laporan-laporan-asidi.html

Yuni, Ika. 2017. Asam Oksalat. Diakses pada tanggal 09 Desember 2018. http://ikayunianything.blogspot.com/2017/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar