BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu cara dalam
penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri.
Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian
dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi
dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang
biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.
Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang
menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam. Dalam bidang farmasi,
asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan
teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil
sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai
dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien
mungkin (Haryadit, 2011).
Pada percobaan ini akan
dilakukan metode titrasi asidi-alkalimetri untuk menentukan kadar suatu
senyawa asam atau basa. Melalui percobaan ini, diharapkan praktikan mampu
memahami dan mengerti cara penentuan kadar konsentrasi suatu larutan dengan
tepat serta perhitungan yang didasarkan dengan prinsip stokiometri dari reaksi
kimia di mata kuliah kimia analisis ini.
1.2
Rumsan Masalah
Bagaimana
menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel?
1.3
Tujuan Penulisan
Mengetahui bagaimana cara menentukan kadar suatu senyawa asam atau
basa yang terdapat dalam suatu sampel.
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 Titrasi
Asam Basa
Titrasi
merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan
ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang
dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga
konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Afnan, 2015).
2.2 Prinsip
Titrasi Asam Basa
Titrasi dilakukan
dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga
tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi)
yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”,
yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik
dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :
[H+] = [OH-]
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warnaindikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir
titrasi melewati titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses
titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut (Pramono,2012).
2.3 Asidi-Alkalimetri
Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :
aA + tT --> hasil
dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi
T. Pereaksi T disebut titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan
yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan
dengan suatu proses, disebut stsndarisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga
sejumlah T yang kimia ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran
telah tercapai.Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat
menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap
adanya titran berlebih dengan perubahan warna.Perubahan warna inidapat atau
tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator
berubah warna disebut titik akhir.
Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar
untuk penentuan titrimetrik salah satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini
memiliki nama lain sebagai asidi-alakalimetri. Terdapat banyak asam dan basa
yang ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan
dan BOH basanya, reaksinya adalah :
HA + OH--->A- + H2O
dan
BOH + H3O+-->B+ + 2H2O
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti
natrium hidroksida dan asam klorida (Underwood dan Day, 2002).
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya
alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm dengan
menggunakan baku basa.
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen antara
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa
lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan
disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan
berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai
titik ekivalen (Widyastuti, 2015).
2.4 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Titrasi Asam Basa
2.4.1 Indikator Titrasi
Indikator asam-basa adalah zat
yang berubah warnanya atu membentuk fluorosen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator
asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.Zat-zat indikator
dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna yang
kuat serta biasanya adalah zat organik.Perubahan warna disebabkan oleh
resonansi ismer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi ynag
berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar, 1985).
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang
sering digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda
terang.Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah
kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna.Penambahan ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk
menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda. Setengah tingkat
terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna
menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya
dengan akurat (Clark, 2007).
2.4.2 Titik Ekivalen/Titik Akhir Teoritis
Volume pada jumlah
reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang diperlukan untuk bereaksi
sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).
2.4.3 Titik Akhir
Titrasi
Titik akhir titrasi yaitu suatu
peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan
(Widyastuti, 2015).
2.5 NaOH
Kaustik
dan memiliki sifat korosif dan higroskopik ( suka menyerap air ). Dalam
kehidupan kita sehari-hari,senyawa ini biasa kita sebut dengan nama "soda
api" atau "kaustik soda",namun untuk nama resmi atau nama
perdagangnganya senyawa ini biasa disebut dengan nama "Sodium
Hidroksida". Tingkat kelarutan senyawa natrium hidroksida di dalam air
cukup tinggi. Pada suhu 0 C, kelarutan natrium hidroksida berada pada kisaran
418 g/L. Pada suhu 20 C, kelarutan natrium hidroksida berada pada kisaran
1150 g/L.Jika dilihat dari data diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa senyawa
ini memiliki tingkat kelarutan yang sangat tinggi. Natrium Hidroksida memiliki
wujud padat pada suhu kamar, bentuknya bisa seperti kristal atau bubuk
tergantung pada tujuan atau kegunaan analisisnya. Senyawa ini bewarna putih
metalik dan tidak berbau. Tingkat kelarutanya di dalam air juga cukup tinggi
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Ketika senyawa ini dilarutkan ke
dalam air, maka suhu air akan naik dan suhu disekitarnya akan terasa panas, hal
ini terjadi karena pelarutan senyawa ini bersifat eksotermik sehingga sejumlah
kalor akan dilepaskan. Senyawa ini dapat bereaksi dengan asam kuat dan asam
lemah untuk membentuk garam (Anonim, 2016).
2.6 Asam Oksalat
Asam oksalat adalah
senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4
dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini
biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif
kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak
larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa),
penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04
gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat
adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat
dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai
rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting
point 101,5°C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air,
bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai
suhu 100°C (Yuni, 2017).
2.7 HCl
Asam
klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam
kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan
wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat
berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam
klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion
hidronium, H3O+.
HCl + H2O → H3O+
+ Cl−
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−.
Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida,
seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi
penuh dalam air (Saragusti, 2012).
2.8 Asam
Asetat
Asam
asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat,
selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai
pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−).
Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka
rumah) memiliki pH sekitar 2.4. Asam asetat cair adalah pelarut protik
hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta
dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa
polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak
dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah
dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana.
Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya
digunakan secara luas dalam industri kimia. Asam asetat bersifat korosif
terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen
dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat
diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang
terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir
semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah
kromium (II) asetat (Rizki, 2016).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 1 Desember 2018 pukul 09.40-11.20 WIB di Laboratorium Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
3.2 Alat dan
Bahan
·
Alat
yang digunakan pada praktikum Asidi-alkalimetri adalah :
-
Labu
ukur 100 ml 1
buah
-
Labu
ukur 500 ml 1
buah
-
Pipet
volume 10 ml 1 buah
-
Kaca
arloji 1
buah
-
Gelas
kimia 1
buah
-
Buret 1
buah
-
Corong 1
buah
-
Erlenmeyer
1
buah
·
Bahan
yang digunakan pada praktikum Asidi-alkalimetri adalah :
-
Larutan
baku primer (H2CO4.2H2O 0,1 N) secukupnya
-
Larutan
baku sekunder (NaOH 0,1 N) secukupnya
-
Larutan
baku sampel (HCl) secukupnya
-
Larutan
indikator pp secukupnya
3.3 Langkah
Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada
praktikum Asidi-alkalimetri adalah :
1.
Pembuatan Larutan
a.
Pembuatan larutan baku primer H2CO4.2H2O
0,1 N
Menimbang
dengan teliti 3,2 gram H2CO4.2H2O yang
dibutuhkan. Melarutkan dengan akuades, kemudian memasukkan dalam labu ukur 500
ml. Menambahkan akuades sampai tepat tanda batas, menutup labu ukur dan
mengocok sampai homogen.
b.
Pembuatan larutan baku sekunder NaOH 0,1 N
Menimbang
kurang lebih 4,15 gram NaOH. Melarutkan dengan akuades, kemudian memasukkan
dalam labu ukur 100 ml. Menambahkan akuades sampai tepat tanda batas, menutup
labu ukur dan mengocok sampai homogen.
2.
Pembakuan
Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O
1)
Memasukkan
larutan NaOH ke dalam buret, sebelunya membilas buret dengan larutan NaOH
tersebut.
2)
Mengambil
10 ml asam pksalat dengan volume pipet dan memasukkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian menambahkan 1-2 tetes phenolphthalein.
3)
Menitrasi
larutan asam oksalat dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda. Mencatat volume NaOH yang dikeluarkan.
4)
Melakukan
titrasi minimal duplo (dua kali).
5)
Menghitung
konsentrasi larutan NaOH.
3.
Penetapan Sampel
a.
Penetapan kadar HCL
1)
Mengambil
10 ml sampel (HCl) dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.
2)
Menambahkan
2-3 tetes indikator phenolphthalein.
3)
Menitrasi
larutan tersebut dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi rose muda
dan mencatat volume NaOH yang dikeluarkan.
4)
Melakukan
titrasi minimal duplo.
5)
Menghitung
kadar HCl sampel.
b.
Penetapan kadar asam cuka
1)
Mengambil
10 ml sampel asam cuka dan memasukkan ke dalam erlenmeyer.
2)
Mengencerkan
hingga 100ml.
3)
Mengambil
10 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan dalam erlenmeyer.
4)
Menambahkan
2-3 tetes indikator phenolphthalein.
5)
Menitrasi
larutan tersebut dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi rose muda
dan mencatat volume NaOH yang dikeluarkan.
6)
Melakukan
titrasi minimal duplo.
7)
Menghitung
kadar asam cuka dalam sampel.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1
Data dan Analisa Data
4.1.1 Pembakuan Larutan
NaOH
No.
|
Volume
titrat (ml)
|
Range
volume titran (ml)
|
Volum
titran (ml)
|
Volume
rata-rata (ml)
|
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1.
|
10 ml
|
1,5 ml
|
2,9 ml
|
1,4 ml
|
1,3 ml
|
2.
|
10 ml
|
2,9 ml
|
4,1 ml
|
1,2 ml
|
4.1.2 Penetapan
Kadar HCl
No.
|
Volume
titrat (ml)
|
Range
volume titran (ml)
|
Volum
titran (ml)
|
Volume
rata-rata (ml)
|
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1.
|
10 ml
|
0 ml
|
0,7 ml
|
0,7 ml
|
0,75 ml
|
2.
|
10 ml
|
0,7 ml
|
1,5 ml
|
0,8 ml
|
4.1.3 Penetapan Kadar Asam Cuka
No.
|
Volume
titrat (ml)
|
Range
volume titran (ml)
|
Volum
titran (ml)
|
Volume
rata-rata (ml)
|
|
Awal
|
Akhir
|
||||
1.
|
10 ml
|
4,3 ml
|
4,4 ml
|
0,1 ml
|
0,3 ml
|
2.
|
10 ml
|
4,5 ml
|
4,9 ml
|
0,4 ml
|
4.2
Pembahasan
Pada
pembakuan larutan NaOH dengan 10 mL larutan H2C2O4.2H2O
dilakukan titrasi duplo (dua kali). Titrasi yang pertama dilakukan pada awal
volume larutan 1,5 mL dan pada volume 2,9 mL sudah berubah warna merah muda /
keunguan. Jadi pada titrasi pertama hanya diperlukan 1,4 mL larutan NaOH untuk
merubah warna larutan menjadi merah muda/keunguan. Pada titrasi yang kedua
dilakukan pada awal volume larutan 2,9 mL dan pada volume 4,1 sudah berubah
warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi pada titrasi yang kedua hanya
membutuhkan 1,2 mL larutan NaOH untuk merubah warna yang awalnya bening menjadi
merah muda/keunguan. Sehingga dari hasil titrasi duplo NaOH dengan H2C2O4.2H2O diperoleh volume rata-rata yaitu 1,3 mL.
Pada
penetapan kadar 10 mL larutan HCl yang dititrasi dengan larutan NaOH dilakukan
titrasi duplo (dua kali). Titrasi yang pertama dilakukan pada awal volume 0 mL
dan pada volume 0,7 mL sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi
pada titrasi pertama hanya butuh 0,7 mL larutan NaOH untuk merubah warna
menjadi merah muda/keunguan. Pada titrasi yang kedua dilakukan pada awal volume
larutan 0,7 mL dan pada volume 1,5 mL sudah berubah warna menjadi merah
muda/keunguan. Jadi pada titrasi kedua hanya dibutuhkan 0,8 mL larutan NaOH
untuk merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda/keunguan. Sehingga dari
hasil titrasi duplo NaOH dengan HCl diperoleh
volume rata-rata yaitu 0,75 mL.
Pada
penetapan kadar 10 mL asam cuka yang dititrasi dengan larutan NaOH dilakukan
titrasi duplo (dua kali). Pada titrasi ini juga dilakukan pengenceran 100 mL.
Titrasi yang pertama dilakukan pada awal volume 4,3 mL dan pada volume 4,4 mL
sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi pada titrasi pertama
hanya butuh 0,1 mL larutan NaOH untuk merubah warna menjadi merah
muda/keunguan. Pada titrasi yang kedua dilakukan pada awal volume larutan 4,5
mL dan pada volume 4,9 mL sudah berubah warna menjadi merah muda/keunguan. Jadi
pada titrasi kedua hanya dibutuhkan 0,4 mL larutan NaOH untuk merubah warna
larutan dari bening menjadi merah muda/keunguan. Sehingga dari hasil titrasi
duplo NaOH dengan asam cuka diperoleh
volume rata-rata yaitu 0,3 mL.
Dari
ketiga percobaan titrasi di atas dengan menggunakan sampel yang berbeda,
larutan Asam Cuka sangat mudah dititrasi karena Asam Cuka merupakan asam lemah.
Hal ini dibuktikan dengan rata-rata volume 0,3 mL larutan NaOH yang dibutuhkan
untuk merubah warna menjadi merah muda/keunguan.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Cara
menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yaitu dengan cara titrasi asam
basa atau asidi-alkalimetri. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai
mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat
habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
5.2 Saran
Pada
praktikum kali ini sudah tertib, sehingga hasil yang didapat juga sudah baik.
Akan tetapi sebaiknya lebih teliti atau konsentrasi ketika melakukan titrasi.
Khususnya pada saat meneteskan larutan sedikit demi sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Afnan, Muhammad. 2015. Laporan Praktikum Asidi-Alkalimetri.
Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. http://mafnanm022.blogspot.com/2015/06/laporan-praktikum-asidi-alkalimetri.html
Anonim. 2016. Natrium Hidroksida ( NaOH ) : Pengertian, Fakta dan
Kegunaanya. Diakses pada tanggal 09 Desember 2018. http://www.panduankimia.net/2016/12/natrium-hidroksida-naoh-pengertian.html
Clark, Jim. 2007. IndikatorAsam-Basa. Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. http://www.chem-istry.org/materi
kimia/ kimia fisika1/ kesetimbanaganasam-basa/ indikatorasambasa/
Haryadit. 2012. Laporan Asidi-Alkalimetri.
Diakses pada tanggal 05 Desember 2018. http://noxarya.blogspot.com/2012
/04/ laporan-lengkap-asidi-alkalimetri.html
Khopkar, S.M. 1985. KonsepDasar Kimia Analitik. Depok : UI Press.
Pramono. 2012. Penentuan Komposisi Magnesium Hidroksida dan
Aluminium Hidroksida dalam Obat Maag. Diakses pada
tanggal 05 Desember 2018. . http://pramono.staff.mipa.uns.ac.id
Rizki. 2016. Rumus Kimia
Asam Asetat. Diakses pada tanggal 09 Desember 2018. https://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/2325/Rumus-Kimia-Asam-Asetat
Saragusti. 2012. Larutan
Asam Klorida (HCl) Dalam Pembahasan Kimia. Diakses pada tanggal 09 Desember
2018. https://saragusti22.wordpress.com/2012/12/09/larutan-asam-klorida-hcl-dalam-pembahasan-kimia/
Underwood,A.L.dan R. A. Day Jr.2002 .Analisa Kimia Kuantiataif. Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Widyastuti, Shinta. 2015. Laporan Asidi-Alkalimetri. Diakses
pada tanggal 05 Desember 2018. http://wiwidhikaru.blogspot.com/2015/02/laporan-oh-laporan-laporan-asidi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar