Selasa, 22 Januari 2019

Laporan Analisis Kromatogram (HPLC)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan (Eka, 2013).
Metode pemisahan kromatografi dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar zat/analit dalam sampel. Analisis kuantitatif kromatogram dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti analisis tinggi puncak, menghitung luas puncak, dan metode gunting & timbang. Metode gunting timbang dapat dilakukan jika puncak-puncak yang diperoleh kurang ideal, misal puncak-puncak tersebut mengalami pelebaran.
Kromatogram yang telah digambarkan pada kertas digunting sesuai bentuknya, kemudian guntingan-guntingan kertas kromatogram ini ditimbang. Berat dari masing-maisng guntingan kromatogram ini akan sebanding dengan kadar senyawa yang membentuk kromatogram tersebut (Akhmad, 2018).
KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan ; memurnikan senyawa-senyawa dalam suatu campuran ; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; kontrol kualitas dan mengikuti jalannya reaksi sintetis (Eka, 2013).

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana mengkuantisasi analit berdasarkan kromatogram?

1.3  Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu mengkuantisasi analit berdasarkan kromatogram.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Analisis HPLC
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar (Sumar, 1994).
Tehnik pemisahan dalam kromatografi melibatkan dua fasa, yakni fasa diam yaitu padat atau cairan yang terikat pada padatan pendukung, dan fasa gerak yang berupa gas dan cair. Proses pemisahan dalam kromatografi di dasarkan pada perbedaan laju migrasi masing- masing komponen dalam sistem kromatografi. Perbedaan laju migrasi dari masing-masing komponen merupakan akibat dari perbedaan keseimbangan distribusi masing-masing komponen diantara fasa gerak dan fasa diam. Metode kromatografi dibedakan dalam beberapa macam, berdasar pada fasa gerak, fasa diam, mekanisme, dan tehnik yang digunakan dan salah satu diantaranya adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC).
Dalam kromatografi cair Kinerja tinggi ini fasa gerak yang digunakan berupa cairan, sedangkan fasa diamnya berupa padatan (silica gel) yang ditempatkan pada kolom tertutup (melekat secara kimia dalam kolom tersebut). Maksud dan tujuan analisis dengan kromatografi yaitu didapatnya pemisahan yang baik demikian halnya dalam HPLC diharapkan pemisahannya baik dan dalam waktu proses yang relative singkat. Untuk mencapai Tujuan analisis ini, maka dipilih pelarut pengembang yang sesuai dengan komponen yang dipisahkan, kolom yang digunakan juga harus diperhatikan, dan detector yang memadai (Eka, 2013).

2.2 Prinsip Kerja HPLC/KCKT
Adapun prinsip kerja dari KCKT adalah suatu tekhnik yang mana solut atau zat terlarut terpisah perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam (Eka, 2013).

2.3 Kegunaan HPLC/KCKT
Kegunaan umum KCKT adalah untuk : pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities) ; analisis senyawa-senyawa tidak menguap (non-volatil) ; penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion ; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace element), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang tidak dekstruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Eka, 2013).


2.4 Mekanisme Kerja HPLC/KCKT
800px-HPLC_apparatus.svg.png
Gambar 1. Instrumen HPLC
Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepataan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Skema dan fungsi setiap komponen instrumen HPLC yaitu (Sumar, 1994) :
1.      Solvent reservoist
2.      Solvent degasser
3.      Gradient valve
4.      Mixing vassel
5.      Pompa bertekanan tinggi
6.      Switching valve dalam"inject position" dan 6’. Switching valve dalam "load position"
7.      Sample injection loop
8.      Pre-column
9.      Analytical column
10.  Detektor
11.  Data acquisition
12.  Waste of fraction collector
Beberapa parameter penting yang perlu diperhatikan di dalam analisis HPLC adalah (Rafizanisa, 2009) :
a.       Kolom
Sebuah kolom sederhana memiliki diameter internal 4.6 mm (dan mungkin kurang dari nilai ini) dengan panjang 150 sampai 250 mm. Kolom yang biasa digunakan untuk analisa adalah bentuk kolom fase balik. Kolom diisi dengan partikel silika yang dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18.
b.      Komposisi Eluen
Sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke dalam kolom secara otomatis atau manual melalui injeksi. Volume injeksi sangat tepat karena mempunyai sampel loop dengan variabel volume (misalnya 20 – 500 μL). Injeksi sampel dapat dilakukan melalui manual (menggunakan jarum suntik), step-flow injection, dan sampling value.
c.       Detektor
Detektor merupakan suatu bagian integral dari sebuah peralatan analitik kromatografi cair yang modern. HPLC mempunyai keunggulan dibanding kromatografi lain, yaitu mempunyai banyak pilihan detektor yang dapat digunakan.
d.      Chart Speed
Diagram kecepatan dapat diketahui bila sampel diinjeksikan secara manual.

2.5 Jenis-Jenis HPLC/KCKT
            Menurut Eka (2013) mengatakan bahwa jenis-jenis kromatografi cair kinerja tinggi ada 3 (tiga) yaitu :
·         Kromatografi adsorbsi
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang bersifat agak polar. Partikel-partikel silika atau alumina biasanya digunakan sebagai adsorben. Jenis kromatografi ini menggunakan fasa gerak non polar seperti heksana dan disebut jugakromatografi fasa normal.
·         Kromatografi partisi
Kromatografi partisi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa non polar. Jenis kromatografi ini disebut dengan kromatografi fasa terbalik karena fasa geraknya lebih polar daripada fasa diam. Salah satu kendala kromatografi ini adalah keterbatasan selektivitas sebagai ketidakcampuran kedua fasa. Karena keterbatasan ini maka kromatografi partisi tidak digunakan lagi sebagai teknik analisis rutin.

·         Kromatografi fasa terikat
Kromatografi fasa terikat merupakan teknik HPLC yang paling penting dan paling banyak digunakan saat ini. Dalam hal penerapann kromatografi fasa terikat dan kromatografi partisi memiliki persamaan. Akan tetapi, sorben fasa terbalik terdiri dari partikel silika yang dimodifikasi secara kimia dengan rantai alkil sebaliknya, fasa diam pada kromatografi partisi terdiri dari partikel yang dilapisi secara fisik dengan zat cair non polar.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Metode HPLC
Menurut Eka (2013), mengatakan bahwa metode HPLC juga memiliki kelebihan dan kekurangan di antaranya yaitu :
a. Kelebihan HPLC
-        Mampu memisahkan molekul- molekul dari suatu campuran.
-        Mudah melaksanakannya.
-        Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi.
-        Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis ü Resolusi yang baik.
-        Dapat digunakan bermacam- macam detector.
-        Kolom dapat digunakan kembali.
-        Mudah melakukan "sample recovery". Mudah untuk mendapatkan kembali cuplikan, karena detector pada HPLC tidak merusak komponen zat yang dianalisis.
-        Dapat menganalisis senyawa organik yang terurai (labil) pada suhu tinggi karena HPLC dilakukan pada suhu kamar.
-        Dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa-senyawa anorganik.
-        Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau titik didihnya sangat tinggi seperti polimer
-        Dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap ataupun tak tahan panas
-        Banyak pilihan fasa geraknya Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi kurang dari 5 menit bisa dicapai
-        Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
-        Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam dan rasa gerak pada HPLC memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang diinginkan.
-        Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam HPLC dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam-macam zat.
-        Detektor- detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll, dapat juga digunakan dalam HPLC
-        Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom HPLC dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang digunakan
-        Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. HPLC dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.
-        Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam HPLC tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati detector.
-        Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion memerlukan prosedur khusus.
b. Kekurangan HPLC
-        Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu
-        Hanya bisa digunakan untuk asam organic
-        Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi
-        Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas



BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018 pukul 09.40-11.20 WIB di Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.

3.2 Alat dan Bahan
·         Alat yang digunakan pada praktikum Analisis Kromatogram adalah :
-          Gunting                                                     1 buah
-          Timbangan                                                1 buah
-          Penggaris                                                   1 buah
-          Pensil                                                         1 buah
·         Bahan yang digunakan pada praktikum Analisis Kromatogram adalah :
-          Kertas                                                        secukupnya
-          Kromatogram                                            secukupnya

3.3 Langkah Kerja
            Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum Analisis Kromatogram adalah :
1.      Mencetak kromatogram di dlembar kertas.
2.      Menyalin kromatogram di kertas yang lebih tebal.
3.      Menggunting masing-maisng puncak dalam kromatogram tersebut.
4.      Menimbang untuk masing-masing puncak dan mencatat masanya.
5.      Menentukan kadar masing-masing analit dalam campuran.




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan
            4.1.1 Kromatogram 1
No.
Analit
Berat (mg)
Kadar (%)
1.
Fluoride
100 mg
5,9%
2.
Chloride
600 mg
35,3%
3.
Nitrite
300 mg
17,6%
4.
Bromide
100 mg
5,9%
5.
Sulfate
200 mg
11,8%
6.
Nitrate
200 mg
11,8%
7.
Phosphate
200 mg
11,8%
Total
1700 mg
100,1%
           
4.1.2 Kromatogram 2
No.
Analit
Berat (gr)
Kadar (%)
1.
Fucose (ISTD)
1200 mg
34,3%
2.
Arabinose
100 mg
2,9%
3.
Galactose
300 mg
8,6%
4.
Glucose
1400 mg
40%
5.
Xylose
300 mg
8,6%
6.
Mannose
200 mg
5,7%
Total
3500 gram
100,1%


4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang kuantitasi analit berdasarkan kromatogram. Analisis kuantitatif kromatogram dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan metode gunting dan timbang. Metode ini dilakukan jika puncak-puncak yang diperoleh kurang ideal, misal puncak-puncak tersebut mengalami pelebaran (Akhmad, 2018). Dari percobaan tersebut, diperoleh hasil seperti yang terdapat pada tabel di atas. Kadar (%) diperoleh dengan cara membagi berat (gr) analit dengan jumlah total berat semua analit dikali 100%. Atau dengan rumus :

Kadar(%) analit = 

 
                       

Pada kromatogram 1, analit yang mempunyai kadar zat paling banyak adalah Chloride dengan berat 600mg dan kadar 35,3%. Sedangkan analit yang mempunyai kadar zat paling sedikit adalah Fluoride dan Bromide dengan berat masing-masing 100mg dan kadar 5,9%.
Pada kromatogram 2, analit yang mempunyai kadar zat paling banyak adalah Glucose dengan berat 1400mg dan kadar 40%. Sedangkan analit yang mempunyai kadar zat paling sedikit adalah Arabinose dengan berat 100mg dan kadar 2,9%. Pada analit Rhamnose tidak ikut diperhitungkan karena puncak kromatogramnya sangat kecil sehingga susah dihitung.



BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Metode pemisahan kromatografi dapat dianalisis seara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dapat dilakukan dngan tujuan untuk mengetahui kadar zat/analit dalam sampel. Analisis kuantitatif kromatogram dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu metode gunting dan timbang. Kromatogram yang telah digambarkan pada kertas digunting sesuai bentuknya, kemudian guntingan-guntingan kertas kromatogram ini ditimbang. Berat dari masing-masing guntingan kromatogram ini akan sebanding dengan senyawa yang membentuk kromatogram tersebut.

5.2 Saran
Sebaiknya lebih ditertibkan lagi saat praktikum. Agar praktikum bisa lebih maksimal dan hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Bari, Akhmad. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jurusan Farmasi : Bojonegoro.

Andrian, Eka. 2013. HPLC. Diakses pada tanggal 27 November 2018. http://ekaandrians.blogspot.com/2013/04/hplc.html

Anonim, 2010. Menghitung Kadar Parasetamol dalam Obat dengan HPLC. Diakses pada tanggal 27 November 2018. http://cuprittrappedonlab.blogspot.com/2010/01/menghitung-kadar-parasetamol-dalam-obat.html

Fahmi, Rafizanisa. 2009. Analisis HPLC dan Aplikasinya. Diakses pada tanggal 27 November 2018. http://rafizanisa.blogspot.com/2009/12/analisis-hplc-dan-aplikasinya.html

Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar