BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kromatografi kertas merupakan jenis kromatografi
cair-padat. Sampel ditotolkan pada fasa diam yang dapat berupa kertas saring
(selulosa) yang nantinya akan dicelupkan ke dalam fasa gerak atau eluen. Eluen
akan merembes ke dalam kertas dengan adanya gaya kapilaritas. Seiring dengan
rembesan ini dengan adanya perbedaan distribusi, fasa diam mampu membawa
komponen sampel hingga terpisah dengan komponen-komponen sampel yang lain.
Hasil pemisahan dengan kromatografi kertas akan nampak dengan noda pada kertas
dengan jarak yang berbeda, yang selanjutnya disebut dengan kromatogram.
Identifikasi dapat dilakukan dengan menentukan nilai Rf masing-masing komponen.
Rf 

Hasil
pemisahan dianalisis berdasarkan harga atau nilai faktor retardasi (Rf) pada
masing-masing noda, bercak atau spot yang dihasilkan pada pelarut yang sama.
Apabila diperoleh jarak noda yang sama dengan sampel standar, berarti sampel
yang dianalisis sama dengan sampel standar. Perhitungan niali Rf dilakukan
dengan cara membagi jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh
pelarut. Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukan pemisahan dengan
menggunakan metode kromatografi kertas (Faradillah, 2012).
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
cara melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan kromatografi
kertas?
2.
Bagaimana
prinsip dasar kromatografi kertas?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa
dapat melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan kromatografi
kertas.
2.
Mahasiswa
dapat memahami prinsip dasar kromatografi kertas.
BAB
II
DASAR
TEORI
Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk
partisi cairan–cairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut
dapat mengikat air, setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring
yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase
tinggi, katakan 20 % (bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat
mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog
dengan sebatang kolom yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu
padahal fase geraknya dapat campur dengan air akan dalam beberapa kasus,
malahan fase geraknya adalah larutan itu sendiri (Day & Underwood, 1980).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak
sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas
secara komersil tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam asetil,
kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas
asam asetil dapat digunakan untuk zat–zat hidrofobik (Khopkar, 1990).
Kromatografi dapat
digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan. Dalam kromatografi
fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, maka berdasarkan fase bergerak-fase diam terdapat empat
macam sistem kromatografi, yaitu: kromatografi gas-cair, kromatografi
gas-padat, kromatografi cair-padat dan kromatografi cair-cair. Kromatografi
juga dapat didasarkan atas prinsipnya, misalnya kromatografi partisi (Partition chromatography) dan
kromatografi serapan (Adsorption
chromatography). Sedangkan menurut teknik kerja yang digunakan, misalnya
kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kertas dan
kromatografi gas (Faradillah, 2012).
Tabel 1.
Jenis-jenis kromatografi
Fase bergerak
|
Fase diam
|
Prinsip
|
Teknik kerja
|
Gas
|
Padat
|
Adsorpsi
|
Kromatografi
gas-padat
|
Cair
|
Padat
|
Adsorpsi,
partisi
|
Kromatografi
kolom, KLT dan kromatografi kertas
|
Cair
|
Cair
|
Partisi
|
Kromatografi
kolom, KLT dan kromatografi kertas
|
Gas
|
Cair
|
Partisi
|
Kromatografi
gas-cair
|
Menurut Aswar (2010), prinsip
kromatografi pemisahan yang terjadi dalam kromatografi dilaksanakan sedemikian
rupa dengan memanipulasi sifat-sifat fisik umum dari suatu senyawa atau molekul
yaitu :
1. Kecenderungan
suatu molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan).
2. Kecenderungan
suatu molekul untuk bertaut dengan suatu serbuk bahan padat (absorbsi).
3.
Kecenderungan suatu molekul untuk
menguap (volatilitas).
Menurut Isna (2017), analisa dengan
metode kromatografi kertas memiliki beberapa kekurangan, diantaranya :
-
Banyaknya masalah yang menyangkut
cara memasukkan fase gerak, perambatan fase gerak melalui kertas, dan
penggumpalan.
-
Lebih lama karena panjang kertas
bisa sampai 50 cm.
-
Aplikasi Metode Kromatografi Kertas
Dalam Bidang Farmasi
-
Dalam bidang farmasi kromatografi
mempunyai peran yang sangat besar. Misalnya
dalam penetuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein.
Protein sering dipilih karena ia sering menjadi objek molekul yang harus
di-prified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam biofarmasi.
Kromatografi juga diaplikasikan dalam pemisahan
molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, vitamin dan molekul
penting lainnya.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 13 Oktober 2018 pukul 09.40-11.20 WIB di Laboratorium Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
3.2 Alat dan
Bahan
·
Alat
yang digunakan pada praktikum Kromatografi Kertas adalah :
-
Gelas
beaker 4
buah
-
Penggaris 1
buah
-
Gunting
1
buah
·
Bahan
yang digunakan pada praktikum Kromatografi Kertas adalah :
-
Kertas
saring seukupnya
-
Spidol
hitam dan merah secukupnya
-
Akuades secukupnya
-
Alkohol
secukupnya
3.3 Langkah
Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada
praktikum Kromatografi Kertas adalah :
1.
Memotong
kertas saring dengan ukuran 2x12 cm.
2.
Menandai
dari tepi bawah 2 cm dan dari tepi atas 1 cm dengan menggunakan pensi.






![]() |
![]() |
||
12
cm 10 cm
1 cm
3.
Menotolkan
tinta pada garis tepi bawah.
4.
Memasukkan
akuades dalam gelas ukur yang berisi akuades sebanyak 10 ml (posisi totolan
tinta berada di bagian bawah), mengusahakan totolan tinta tidak boleh terendam
ke dalam akuades.
5.
Membiarkan
hingga elusi selesai (hingga akuades menyentuh garis batas atas).
6.
Mengeluarkan
kertas saring dari gelas beaker.
7.
Mengukur
jarak masing-masing komponen dengan garis batas bawah.
8.
Menghitung
nilai Rf untuk masing-masing komponen.
9.
Mengulangi
langkah di atas dengan menggunakan pelarut alkohol sebagai fasa gerak.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
No.
|
Komponen
|
Jarak Komponen (d)
|
Jarak Eluen (s)
|
Rf = d/s
|
1.
|
Aquades (Merah)
|
Merah : 8 cm
|
9 cm
|
0,89 cm
|
2.
|
Aquades (hitam)
|
Ungu : 5 cm
|
9 cm
|
0,56 cm
|
Pink : 7 cm
|
9 cm
|
0,78 cm
|
||
Orange : 8,5 cm
|
9 cm
|
0,94 cm
|
||
Cokelat : 8,5 cm
|
9 cm
|
0,94 cm
|
||
Biru : 8,5 cm
|
9 cm
|
0,94 cm
|
||
3.
|
Alkohol (merah)
|
Pink : 2 cm
|
9 cm
|
0,22 cm
|
Merah : 8,5 cm
|
9 cm
|
0,94 cm
|
||
4.
|
Alkohol (hitam)
|
Pink : 2 cm
|
8,5 cm
|
0,23 cm
|
Ungu : 7,5 cm
|
8,5 cm
|
0,89 cm
|
||
Pink : 8 cm
|
8,5 cm
|
0,94 cm
|
||
Hitam : 8 cm
|
8,5 cm
|
0,94 cm
|
4.2 Pembahasan
Kromatografi
kertas merupakan metode analisis yang digunakan untuk memisahkan
bahan kimia berwarna. Dengan menggunakan kromatografi kertas, kita dapat
mengetahui komponen zat warna dalam suatu bahan, apakah aman untuk digunakan atau
tidak, dengan cara membandingkan zat warna dalam sampel dengan zat warna
standar. Kromatografi kertas merupakan salah satu metode untuk menguji
kemurnian suatu senyawa atau mengidentifikasi suatu zat, dapat digunakan untuk
memisahkan suatu komponen dalam sampel, terutama komponen zat warna,
berdasarkan distribusi komponen di antara fasa diam dan fasa gerak. Pada kromatografi kertas, fasa diam adalah air yang disokong
oleh selulosa dari kertas kromatografi. Sedangkan fasa gerak merupakan campuran
dari beberapa pelarut organik dan air (Yotie, 2017).
Pada praktikum ini
dilakukan percobaan untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi
kertas dan menentukan pigmen warna dalam tinta dengan kromatografi kertas.
Tinta (spidol) yang digunakan dalam percobaan ini adalah tinta berwarna merah
dan hitam yang berfungsi sebagai sampel. Fase diam yang digunakan adalah kertas
saring, sedangkan eluennya berupa aquades dan alkohol.
Menurut hasil percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini, pada sampel
aquades yang menggunakan tinta merah hanya menghasilkan komponen warna merah
saja dengan nilai Rf 0,89cm. Pada sampel aquades yang menggunakan tinta hitam
menghasilkan 5 komponen warna yaitu warna ungu dengan nilai Rf 0,56cm ; warna pink
dengan nilai Rf 0,78cm ; warna orange dengan nilai Rf 0,94cm ; warna cokelat
dengan nilai Rf 0,94cm ; dan warna biru dengan nilai Rf 0,94cm. Pada sampel
alkohol yang menggunakan tinta merah menghasilkan 2 komponen warna yaitu warna
pink dengan nilai Rf 0,22cm dan warna merah dengan nilai Rf 0,94cm. Sedangkan
pada sampel alkohol yang menggunakan tinta hitam menghasilkan 4 komponen warna
yaitu warna pink dengan nilai Rf 0,23cm ; warna ungu dengan nilai Rf 0,89cm ;
warna pink dengan nilai Rf 0,94cm ; dan warna hitam dengan nilai Rf 0,94cm.
Dari hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel
pelarut alkohol lebih bagus untuk digunakan sebagai fasa gerak dibandingkan
dengan sampel aquades. Karena pada sampel alkohol (etanol) lebih banyak
menghasilkan komponen warna dan proses naiknya pelarut pada kertas saring lebih
cepat. Hal ini dikarenakan alkohol (etanol) bersifat semi polar sehingga
pelarut alkohol dapat melarutkan noda yang bersifat polar dan non polar.
Sedangkan aquades bersifat polar sehingga aquades dapat melarutkan noda yang
sifatnya sejenis (Ferdi dkk, 2018).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Cara
melakukan pemisahan dengan kromatogtrafi kertas yaitu dengan cara sampel ditotolkan pada fasa diam yang dapat
berupa kertas saring (selulosa) yang nantinya akan dicelupkan ke dalam fasa
gerak atau eluen. Eluen akan merembes ke dalam kertas dengan adanya gaya
kapilaritas. Seiring dengan rembesan ini dengan adanya perbedaan distribusi,
fasa diam mampu membawa komponen sampel hingga terpisah dengan
komponen-komponen sampel yang lain. Hasil pemisahan dengan kromatografi kertas
akan nampak dengan noda pada kertas dengan jarak yang berbeda, yang selanjutnya
disebut dengan kromatogram.
2.
Prinsip kerja kromatografi kertas yaitu adsorbsi dan kepolaran, di mana adsorbsi didasarkan pada panjang
komponen dalam campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran
komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika
memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase
gerak.
5.2 Saran
Pada saat praktikum sebaiknya lebih
tertib lagi dan juga teliti dalam melakukan praktikum agar hasil yang diperoleh
bisa maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arhany, Faradillah Dwi. 2012. Laporan Kromatografi Kertas.
Diakses pada tanggal 11 November 2018 pukul 10.23 WIB. http://faradillahchemistry09.blogspot.com/2012/06/laporan-kromatografi-kertas.html
Aswar. 2010. Laporan Kromatografi. Diakses pada tanggal 11 November 2018 pukul 9.34 WIB. http://www.scribd.com/doc/45637382/laporan-kromatografi
Day & Underwood. 1980. Analisa
Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Renaldi, Ferdi dkk. 2018. Kromatografi. Diakses pada tanggal
16 November 2018 pukul 06.54 WIB. http://ceengineermu.weebly.com/kromato-grafi.html
Tunika, Yotie. 2017. Teknik Dasar Kromatografi Kertas.
Diakses pada tanggal 16 November 2018 pukul 07.09 WIB. http://yotietunika.blogspot.com/2017/01/teknik-dasar-kromatografi-kertas.html
Wardani, Isna. 2017. Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kromatografi Kertas. Diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 07.40 WIB.
http://isnachantik.blogspot.com/2017/02/laporan-praktikum-kimia-analaitk.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar